Pages

Subscribe:

Juara Umum Tak Afdol Tanpa Emas Sepak Bola

SUDAH  20 tahun lamanya Indonesia puasa emas di cabang olahraga sepakbola Sea Games. Terakhir, tim merah putih meraih emas tahun 1991 di Filipina. Padahal, perhelatan yang kini dilaksanakan di Jakarta dan Palembang itu hanya diikuti oleh negara-negara dari Asia Tenggara.
Kini Egi Melgiansyah dkk sudah bisa merealisasikan hal itu. Kendati tidak langsung mendapatkan medali emas, namun perjalanan menuju juara di cabang sepak bola sangat terbuka lebar. Syaratnya, harus melaju ke final dengan mengalahkan Vietnam di laga semi final.

Nasib akhirnya mempertemukan kembali tim nasional Indonesia U-23 lawan Vietnam di SEA Games XXVI/2011 malam nanti. Hal tersebut menyusul kekalahan Tim Garuda Muda- sebutan Timnas Indonesia U-23- dari Malaysia dengan skor 0-1 pada laga pamungkas penyisihan Grup A, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Kamis (17/11) malam.

Bicara perolehan medali, Indonesia memang sudah di atas angin akan mentasbihkan diri menjadi jawara Sea Games. Namun hal itu tidak serta merta menjadi jaminan bahwa masyarakat akan sumringah dengan hasil itu. Pasalnya, banyak kalangan menilai, juara Sea Games tidak terasa sempurna jika cabang olahraga sepak bola melempem dan tidak mendapatkan medali emas.

Hal tersebut dibenarkan oleh legenda hidup sepak bola nasional, Anjas Asmara. Pemain yang pernah menjadi sejarah jelang Olimpiade 1976 itu menilai karena melihat banyaknya animo masyarakat yang tinggi yang terbukti dari penuhnya stadion dan uforia nonton bareng di berbagai tempat, cabang sepak bola merupakan olahraga idola yang diminati masyarakat dan selalu menjadi tolak ukur kebanggaan.
 
”Bagai sayur tanpa garam. Hambar. Sepak bola harus mendapatkan emas baru masyarakat puas. Buktinya lihat sendiri di Stadion. Stadion penuh dan sesak, atmosfir sangat luar biasa,” ujar Anjas Asmara yang juga diamini Penangggung Jawab Timnas Bernhard Limbong, kemarin.
 
Namun, kerikil tajam akan melewati perjalanan Garuda Muda. Timnas pun diwajibkan berhati-hati menghadapi Vietnam dan tidak begitu saja memandang sebelah mata. Maklum saja, saat ini Vietnam merupakan salah satu kekuatan besar di kawasan Asia Tenggara. Rekor pertemuan juga menunjukkan Timnas Indonesia tidak lebih dominan. Apalagi, skuad Vietnam mampu menunjukkan mentalitas yang jauh lebih baik.

Fakta tersebut tercermin pada laga terakhir Grup B, saat mengalahkan Laos, di Stadion Lebak Bulus, Jakarta, Kamis (17/11). Vietnam melakukan pertarungan yang heroik. Sempat tertinggal sebelum membalikkan keadaan, dan akhirnya justru menang dengan skor 3-1.

Kondisi sebaliknya dialami Timnas Indonesia yang tidak berkutik lawan Malaysia. Padahal, di tiga laga sebelumnya, Timnas Indonesia selalu meraih kemenangan sempurna. "Vietnam adalah tim yang agresif. Yang terpenting pemain harus bisa menjaga mental tanding di lapangan. Jangan sampai anjlok karena berbagai faktor. Jangan jadi beban saat banyaknya penonton hadir di Stadion. Pemain harus menikmati pertandingan. Bertandinglah yang nyaman dan menangkan pertandingan, ” ujar Isman Jasulmei pelatih Persidafon Dafonsoro yang kini gemar melatih pemain-pemain muda.
 
"Vietnam juga selalu mengambil inisiatif serangan sejak awal pertandingan. Karena itu, setidaknya kami (tim pelatih) akan menurunkan pemain-pemain yang memiliki speed untuk mengimbangi mereka,"  tambah Rahmad Darmawan pelatih Timnas U-23.